Mohon tunggu...
Penulis: dr. Aditya Nugraha, Sp.Rad
Karsinoma payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel payudara dan dapat menginvasi jaringan sekitarnya atau metastasis jauh. Keganasan payudara merupakan keganasan yang tersering pada wanita di dunia dan di Indonesia dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tingg, dengan tingkat insidensi yang terus meningkat setiap tahun. Mortalitas karsinoma payudara di dunia menurut GLOBOCAN diprediksi sebanyak 626.000 kasus pada tahun 2018 dan menempati urutan pertama penyebab mortalitas dari seluruh penyakit keganasan pada Wanita. 1-3
Modalitas radiologi yang digunakan untuk skrining dan diagnosis palpable mass payudara diantaranya adalah mammografi, ultrasononografi, Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) dan Computed Tomography Scan ( CT Scan ). Mammografi merupakan “ gold standart “ untuk skrining dan diagnosis mikrokalsifikasi yang merupakan tanda awal keganasan payudara dan sampai saat ini tidak ada modalitas lain yang dapat menggantikannya, namun memiliki keterbatasan dalam menilai lesi payudara yang berukuran kecil pada jaringan fibrogranuler yang padat. 4-6
MRI lebih besar atau sama dengan 1,5 T merupakan modalitas multiplanar non invasive. MRI payudara memiliki keunggulan diantaranya dapat menilai suatu lesi di payudara pada jaringan fibroglandular yang padat, menggunakan sequence – sequence dasar dan tambahan, dapat mengevaluasi infiltrasi lesi ke aspek posterior dari payudara, menilai ukuran tumor secara 3 dimensi, lesi multifocal, evaluasi tumor sebelum dan sesudah pemberian neoadjuvant kemoterapi, mengevaluasi keterlibatan nipple dan kulit, skrining lesi payudara kontralateral, mendeteksi tumor payudara primer yang tidak diketahui asalnya ( occult breast cancer ). 4-6
Pemilihan metode radiologi yang tepat dan adanya peranan multidisiplin dari bagian lain tidak hanya radiologi, tapi juga dengan bedah onkologi dan patologi anatomi, sehingga diagnosis dan tata laksana keganasan payudara dapat lebih cepat dan tepat, sehingga dapat menurunkan angka mortalitas keganasan payudara.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknologi pencitraan non-invasif yang menghasilkan gambar anatomi detail tiga dimensi, MRI dinilai lebih aman karena tidak menggunakan radiasi, MRI menggunakan medan maghnet kuat, yang dapat mengubah proton di dalam tubuh menjadi suatu gambar anatomi tiga dimensi, hasil pencitraan MRI dalam bentuk Multiplanar dapat memudahkan dokter radiologi dan klinisi lain menilai dan mengevaluasi suatu kelainan secara lebih jelas. Kekurangan MRI selain harganya yang mahal, MRI juga belum tersedia di banyak rumah sakit dan instansi kesehatan di Indonesia. 7
Kelebihan MRI dalam mendeteksi keganasan payudara :
A. MRI tidak menggunakan radiasi sehingga lebih aman bagi pasien.
B. MRI menggunakan sequence – sequence dasar dan tambahan.
MRI menggunakan sequence dasar seperti T1, T2, T1 FatSat dan T1 + kontras sehingga dapat menilai suatu kelainan atau lesi pada payudara secara lebih jelas, selain itu MRI juga menggunakan sequence – sequence tambahan diantaranya Diffusion Weighted Image ( DWI ). DWI mengukur pergerakan acak molekul air dalam jaringan, yang dipengaruhi oleh struktur mikro jaringan dan kepadatan sel. Keganasan payudara menunjukkan penurunan difusi air karena kepadatan sel yang meningkat, yang mengarah ke intensitas sinyal yang lebih tinggi ( hiperintens ) pada DWI. Koefisien difusi semu (ADC) adalah ukuran kuantitatif yang diturunkan dari DWI. Keganasan payudara memiliki intensitas sinyal rendah (hipointense) pada peta ADC.
Dynamic Sequence pada pemeriksaan MRI payudara dapat memberikan gambaran kurva kinetik. Kurva kinetik standar adalah pengukuran dinamis di mana peningkatan kadar kontras dan pengeluaran kontras dalam jaringan dipantau selama periode waktu tertentu setelah injeksi kontras diberikan, kurva kinetik pada MRI payudara dibagi menjadi 3 tipe. Kurva Tipe-I kontras perlahan meningkat, di mana peningkatan kontras bertahap dan stabil terjadi selama sekitar 5 menit. Keganasan terlihat pada sekitar 6% pada lesi dengan gambaran kurva Tipe-I. Kurva tipe-II menunjukkan peningkatan kontras yang cepat pada fase awal (meningkat selama periode 1-2 menit) dengan gambaran kurva yang mendatar pada fase lanjutan. Keganasan terlihat pada sekitar 6-29% pada lesi dengan gambaran kurva Tipe-II. Tipe III atau kurva “washout” menunjukkan peningkatan kontras yang cepat pada fase awal (lebih dari 1 – 2 menit), dengan gambaran kurva yang menurun pada fase lanjutan. Hal ini menghasilkan puncak karakteristik yang dijuluki “sudut kanker”, dan sangat terkait dengan keganasan. Keganasan terlihat pada sekitar 29-77% lesi dengan kurva Tipe-III. 15
C. Dapat dilakukan pemeriksaan Maghnetic Resonance Spectroscopy ( MRS ).
MRS adalah suatu teknik pemeriksaan in vivo dapat dilakukan bersama dengan pencitraan MRI untuk mendapatkan informasi tentang kandungan kimiawi dari suatu lesi pada payudara. Choline yang mengandung senyawa PCho dan phosphoethanolamine (PE) digunakan sebagai prekursor melalui jalur Kennedy untuk sintesis fosfolipid dan fosfotidilkolin (PtdCho) yang kemudian digunakan untuk sintesis membran sel. Beberapa penelitian telah melaporkan konsentrasi tCho pada lesi payudara ganas dan nilai batasnya ( 3,2 ppm ) untuk membedakan jaringan ganas, jinak dan normal.8-11
D. Merupakan pemeriksaan Multiplanar Recontruction.
MRI dapat mengevaluasi infiltrasi lesi ke aspek posterior dari payudara, menilai ukuran tumor secara 3 dimensi dan mengevaluasi lesi multifocal atau multicenter pada payudara. Dengan mengetahui ada / tidaknya infiltrasi tumor payudara klinisi dapat menentukan mangemen terapi lebih lanjut.13
Gambar. Seorang wanita 47 tahun dengan karsinoma invasif payudara kanan yang terbukti dengan biopsi. Pencitraan resonansi magnetik payudara menunjukkan infiltrasi ke otot pectoralis (panah) pada T2 (a), infiltrasi ke otot pectoralis (panah) pada T1+Kontras (b), dan gambaran restricted ( infiltrasi ) ke otot pectoralis (panah) pada DWI (c ). Patologi bedah menunjukkan bukti keterlibatan otot rangka.13
E. Dapat menilai lesi pada payudara dengan fibroglandular yang padat.
Meskipun mammografi merupakan “gold standart” untuk skrining payudara, tapi mammografi memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menilai lesi payudara yang berukuran kecil pada jaringan fibrogranuler yang padat.4
F. Evaluasi tumor sebelum dan sesudah pemberian neoadjuvant kemoterapi.13
G. Memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi untuk deteksi keganasan payudara.
MRI sangat sensitif, tetapi tidak terlalu spesifik, sensitivitas untuk kanker payudara berkisar dari 85% hingga 100%, sebaliknya spesifisitas jauh lebih bervariasi, dilaporkan hingga 37% – 100%.14
MRI payudara memiliki sensitivitas tertinggi untuk deteksi kanker payudara di antara modalitas pencitraan klinis saat ini dan sangat diperlukan untuk praktik pencitraan payudara. MRI payudara memiliki keunggulan diantaranya dapat menilai suatu lesi di payudara pada jaringan fibroglandular yang padat, menggunakan sequence – sequence dasar dan tambahan, dapat mengevaluasi infiltrasi lesi ke aspek posterior dari payudara, menilai ukuran tumor secara 3 dimensi, lesi multifocal, evaluasi tumor sebelum dan sesudah pemberian neoadjuvant kemoterapi, mengevaluasi keterlibatan nipple dan kulit, skrining lesi payudara kontralateral, mendeteksi tumor payudara primer yang tidak diketahui asalnya ( occult breast cancer ). Penggunaan sequence dasar dan tambahan, serta Kurva kinetic pada MRI dapat membedakan apakah suatu lesi pada payudara bersifat jinak atau ganas. Magnetic Resonance Spectroscopy ( MRS ) merupakan salah satu metode post prosesing yang dapat menilai metabolisme choline pada lesi di payudara. Peningkatan nilai tCho > 3,2 PPM dapat membedakan suatu lesi di payudara ganas atau tidak.8-11,14
Sejak awal tahun 2021, RSUD Cibinong, Kabupaten Bogor sudah memiliki MRI 3T yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan mendeteksi keganasan payudara dan organ – organ lainnya, sehingga dapat membantu teman sejawat bagian lain, terutama bedah onkologi untuk mendiagnosis, sehingga tata laksana keganasan payudara dapat lebih cepat dan tepat, dan dapat menurunkan angka mortalitas keganasan payudara terutama di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat.